Entri Populer

Jumat, 16 Maret 2012

Inersia Uteri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh   timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur merupakan tindakan yang paling tepat dalam mengidentifikasi secara dini sesuai dengan risiko yang disandang oleh ibu hamil (Saifuddin, 2002).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003/2004 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup Sedangkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jateng menyebutkan pada 2008 AKI mencapai 114,42/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2009 sebanyak 22 kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 25.739.
Penyebab AKI terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung, penyebab langsung dari AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil, bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau 1berbagai hal yang terjadi akibat-akibat tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin dan nifas, seperti perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklamsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Beberapa komplikasi persalinan salah satunya adalah persalinan lama. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah karena kondisi masyarakat, seperti pendidilkan, sosial ekonomi dan budaya.(Dinkes, 2009).
Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam untuk multigravida (Mochtar, 1998), masalah yang terjadi pada persalinan lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada persalinan fase aktif (Saifuddin, 2002). Menurut SDKI 2007 53% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 37%, perdarahan berlebihan sebesar 9% dan demam sebesar 7%, komplikasi kejang 2% dan KPD lebih dari 6 jam 17%.
 Faktor-faktor penyebab terjadinya partus lama antara lain adalah karena letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar, kelainan kongenital, primitua perut gantung, grandemultipara,dan ketuban pecah dini (Mochtar,1998). Power: kekuatan his dan mengejan (Inersia uteri, his yang tidak terkoordinasi, kelelahan ibu mengejan, salah pimpinan kala II), Passage: jalan lahir (kelainan bentuk panggul, kesempitan panggul, ketidakseimbangan sefalopelvik, kelainan jalan lahir lunak) dan Passanger: (kelainan bentuk dan besar janin, kelainan pada letak kepala, kelainan letak janin) (Manuaba, 1998). Berbagai penyebab tersebut dapat dicegah dengan pendeteksian komplikasi persalinan secara dini, pengambilan keputusan secara cepat dan tepat serta penanganan yang tepat di tempat rujukan (Depkes, 2003).
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai  berikut :
1.        Untuk mengetahui Definisi Distosia Kelainan HIS
2.        Untuk mengetahui Penyebab Distosia Kelainan HIS
3.        Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Distosia Kelainan HIS
4.        Untuk mengetahui Penatalaksanaan Distosia Kelainan HIS


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Distosia Kelainan Tenaga (His)
Roy (2003) mengemukakan pendapatnya bahwa tingginya diagnosa distosia merupakan akibat dari perkembangan perubahan lingkungan yang berlangsung lebih cepat dari pada perkembangan evolusi manusia itu sendiri. Joseph dkk (2003) melakukan analisa karakteristik maternal berkaitan dengan kenaikan angka kejadian SC di Nova Scotia. Mereka melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian SC tersebut berhubungan dengan perubahan pada usia maternal, paritas, berat badan sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan.Nuthalapaty dkk (2004) dan Wilkes dkk (2003) mengemukakan adanya hubungan antara berat badan maternal dengan distosia.
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancran persalinan. Dibawah ini dikemukakan lagi ringkasan dari his normal :
1.                 Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu his. Pada kala pmbukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang digambarkan pada srvikogram menurut friedman.
2.                 Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah
kanan atau kiri, lalu menjalar keseluruh otot rahim.
3.                 Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian-bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim)dan servik tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.
4.                 Sifat-sifat his :lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya, serta sakitnya.
2.2 Etiologi
Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan inersia uterisering dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor herediter mungkin memegang pula peranan dalam kelainan his dan juga factor emosi (ketakutan) mempengaruhi kelainan his. Salah satu sebab yang penting dalam kelainan his inersia uteri, ialah apabila bahwa janin tidak berhubungan rampat dengan segmen bawah rahim ini dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik. Salah pimpinan persalinan atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosin dan obat penenang. Kelainan pada uterus misalnya uterus birkornis unikolis dapat pula mengakibatkan kelainan his.
2.3  Penanganan
Dalam menghadapi persalinan lama dilakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari sebab-sebabnya. Tekanan darah diukur tiap emat jam. Pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabia ada gejala pre-eklmpsia, denyut jantung janin dicatat tiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II. Kemungkinan juga dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. Pada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindkan pembedahan dengan narcosis, hendaknya jangan diberikan maknan biasa melainkan dalam bentuk cairan. Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonic secara intravena berganti-ganti. Bila his mengebabkan rasa sakit yang berlebihan diberikan injeksi pethidin 50 mg, pada pemulaan kala I dapat diberikan 10 mg morvin. Berikan antibiotic secukupnya,apalagi kalau ketuban sudah lama pecah.
2.4 Jenis-Jenis Kelainan His
1. Inersia uteri
Adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri dibagi atas 2 keadaan:
a.      Inersia uteri primer
Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan. Hal ini harus dibedakan dengan his pendahulu yang juga lemah dan kadang-kadang menjadi hilang (false labour).
b.      Inersia uteri sekunder
Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat dan kuat teratur dan dalam waktu yang lama.
Diagnosis inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap persalinan. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his)yang kuat dan lama, maka diagnosis inersia uteri sekunder akan lebih mudah.
Inersia uteri menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat-akibatnya. Terhadap ibu dan janin.

c.       Penanganan
Periksa keadaan servik, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan keadaan panggul kemudian buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan, misalnya pada letak kepala :
ü   berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500cc dektrosa 5% dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit. Maksud dari pemberian oksitosin adalah supaya servik dapat membuka .
ü   Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak
memperkuat his setelah pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan ibu dianjurkan beristirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya dapat diulang lagi pemberian oksitosin drips.
ü   Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka
sebaiknya dilakukan seksio sesarea
ü   Bila semua his kuat tetapi kemudianterjadi inersia uteri sekunder,
ibu lemah, dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada ginanya memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetric lainnya (ekstraksi vakum atau forsep, atau seksio sesarea.
2. Tetania Uteri
Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya partus presipitatus yang dapat mengakibatkan persalinan diatas kendaran, dikamar mandi, dan tidak sempat dilakukan pertolongan. Akibatnya terjadilah luka-luka jalan lahir yang luas pada servik, vagina pada perineum, dan pada bayi dapat terjadi perdarahan intracranial.
Bila ada kesempitan panggul dapat terjadi rupture uteri mengancam, dan bila tidak segera ditangani akan berlanjut menjadi rupture uteri.
Penanganan
a.            Berikn obat seperti morfin, luminal dan sebagiannya, asal janin tidak
akan lahir dlam waktu dekat 4-6 jam
b.            Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera
diselesaikan dengan seksio sesarea.
c.            Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena
janin lahir tiba-tiba dan cepat.
3. Aksi Uterus Inkoordinasi (Incoordinate Uterine Action)
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronasi antar kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak, sehingga menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan persalinan tidak dapat maju.
Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998) dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat :
1. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
2. Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim
3. Kekuatannya seperti memeras isi rahim
4. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
Jenis-jenis kelainan his menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1993) :
1.      His Hipotonik
His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal.
Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a.      Inersia uteri primer
Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi pada kala I fase laten.
b.      Inersia uteri sekunder
Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah. Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.
c.       Penanganan
o   Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-obatan anti sakit dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin dan valium.
o   Apabila persalinan sudan berlangsung lama dan berlarut-larut, selesaikanlah partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forsep, atau seksio sesarea.
2.      His Hipertonik
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).
Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
    persalinan.
c. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan
    inversio uteri.
Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
3.      His Yang Tidak Terkordinas
Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic Urine Contraction. Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
















BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN INERSIA UTERI SEKUNDER TERHADAP Ny. S
DI POLINDES DESA PURWOKERTO
KOTA GAJAH

I.       PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal 25 November 2007 pukul 13.00 WIB
A.    Identitas
Nama istri                    : Ny. Salsabila             Nama suami    : Tn. Yasin
Umur                           : 24 tahun                    Umur               : 28 tahun
Suku/Bangsa               : Jawa/Indonesia         Suku/Bangsa   : Jawa/Indonesia
Agama                         : Islam                         Agama             : Islam
Pendidikan                  : SMA                         Pendidikan      : S I
Pekerjaan                     : IRT                            Pekerjaan         : Guru
Alamat                                    : Jln. Tawes No. 5       Alamat                        : Jln. Tawes No. 5
                                    Kmp. Baru, Kota Gajah                 Kmp. Baru, Kota Gajah
B.     Anamnesa
1.      Keluhan utama waktu masuk
Ibu datang tanggal 23 November 2007 pukul 13.00 WIB dengan keluhan perut mules bagian bawah dan menjalar sampai kepinggang, disertai pengeluaran pervaginam lendir bercampur darah.
2.      Tanda-tanda persalinan
His : ada sejak tanggal 23 November 2007 pukul 05.00 WIB. Frekuensi 3x dalam 10 menit, lamanya lebih dari 40 detik, ibu merasa sakit perut bagian bawah dan menjalar sampai ke pinggang.
3.      Pengeluaran pervaginam
Ibu mengatakan sudah mengeluarkan darah bercampur lendir berwarna coklat.
4.      Masalah-masalah khusus
Ibu dengan riwayat anemia ringan.
5.      Riwayat kehamilan sekarang
HPHT              : 20 Februari 2007
Siklus              : 28 hari                                   Lamanya         : 6-7 hari
TP                    : 27 November 2007
ANC               : 1 x pada trimester I, di polindes
  1 x pada trimester II, di Polindes
  2 x pada trimester III, di Polindes
6.      Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi lengkap
TT  I                : 20 Maret 2007 di Bidan
TT II                : 20 Juni 2007 di bidan
7.      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas masa lalu
Hamil ke
Tahun lahir
Lama dan jenis persalinan
Penyulit/ komplikasi
Penolong dan tempat persalinan
Keadaan bayi
1
2002
Spontan
Perdarahan
Bidan
Sehat,
BB 3200  gr,
PB  50 cm
Apgar Score 8/9
2
Kehamilan saat ini





8.      Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
Ibu mengatakan merasakan gerakan janin 1 x dalam 1 jam
9.      Makan dan minum terakhir
Ibu mengatakan makan satu piring nasi, sayur, tempe dan buah pada pukul 07.00 WIB dan minum 1 gelas air putih pada pukul 10.00 WIB.
10.  Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAB terakhir tadi pagi pukul 04.50 WIB dan BAK terakhir pukul 12.00 WIB.
11.  Pola istirahat
Ibu mengatakan biasa tidur malam 7-8 jam/hari dan 1 jam tidur siang.
12.  Psikologis
Ibu mengatakan sedikit cemas menghadapi persalinan ini.
C.     Pemeriksaan
1.      Pemeriksaan umum
a.      Keadaan umum              : baik    
Kesadaran                               : composmentis
BB sebelum hamil                   : 42 kg
BB saat hamil                          : 47 kg
LILA                                      : 24 cm
TB                                          : 156 cm
b.      Tanda-tanda vital
TD                                          : 110/70 mmHg
Nadi                                       : 80 x/menit
RR                                         : 20 x/menit
Temp                                       : 370C
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Kepala               : Tidak ada benjolan dan lesi
b.      Rambut              : Bersih, berwarna hitam, lurus, tidak ada ketombe,tidak
                                  kusam dan tidak mudah di cabut.
c.       Wajah                : Tidak ada chloasma gravidarum, tidak ada oedema
d.      Mata                   : Fungsi penglihatan baik, konjungtiva pucat, sklera tidak
                                ikterik, simetris kanan kiri
e.       Hidung              : Fungsi penciuman baik. Kebersihan baik, mukosa   
                                  berwarna merah muda, tidak ada peradangan, polip tidak
                                  ada.
f.       Telinga               : Fungsi pendengaran baik, daun telinga ada, simetris
                                  kanan kiri, kebersihan baik, tidak ada pengeluaran serum.
g.      Mulut dan gigi : Fungsi pengecapan baik, kebersihan cukup, gigi lengkap
                                dan tidak ada caries, tidak ada stomatitis.
h.     Leher               : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan    pembengkakan
                                  vena jugolaris.
i.      Dada                   :Simetris kanan kiri, gerakan dada saat inspirasi dan          
                               ekspirasi seirama, tidak  terdengar ronchi, tidak terdengar
                               bunyi wheezing, suara napas baik. Jantung tidak ada mur-
                               mur.
j.      Payudara         :  Terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris kanan kiri,
                                 puting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areola
                                 mamae, tidak ada nyeri, abses dan pembengkakan, kolostrum
                                belum keluar.
k.     Pinggang dan panggul   : Posisi tulang belakang lordosis, tidak terdapat nyeri
                                          Panggul ketuk.
Pemeriksaan Panggul
·         Pemeriksaan panggul luar :
·         Distansia cristarum : 24 cm
·         Distansia spinarum   : 26 cm
·         Conjugata externa : 19 cm
·         Lingkar panggul       : 85 cm
l.        Abdomen
1)      Inspeksi
Tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tidak ada strie gravidarum.
2)      Palpasi
Leopold I          : TFU pertengahan antara pusat dan Px, pada fundus teraba bagian yang agak keras tapi tidak melenting berarti bokong.
Leopold II         : Sebelah kanan teraba seperti paparan keras memanjang yang berarti punggung janin. Sedangkan bagian kiri teraba bagian-bagian kecil yang berarti ektremitas.
Leopold III       : Bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting berarti kepala-kepala sebagian sudah masuk PAP.
Leopold IV       : Bagian terendah janin sudah masuk PAP, difergen.
Penurunan kepala : 4/5
Mc Donald        : 32 cm
TBJ                    : 3255 gram
3)      Auskultasi
DJJ                                                      : ada, frekuensi 130 x/menit
Terdapat satu punctum maximum       : 3 jari di bawah pusat pada perut bagian
                                                       kanan.
m.    Genetalia :
1)      Inspeksi
Vulva                                  : tidak ada varises dan oedema
Pengeluaran pervaginam     : berupa blood slym
Kelenjar bartholini              : tidak ada pembengkakan
Perineum                             : tidak ada luka bekas operasi
Anus                                    : tidak ada hemoroid
2)      Pemeriksaan dalam
Pukul 13.00 WIB atas indikasi pemantauan persalinan.
Hasil      :
Dinding vagina     : normal, tidak ada varises, tidak ada oedema, bisul, tumor,              
                             fistula dan kelainan-kelainan lain.
Porsio                  : konsistensinya lunak, tipis dan lembut
Introitus vagina     : ketuban utuh, bagian terendah kepala.
Petunjuk               : UUK, posisi UUK       kanan depan, penurunan bagian  
                             terendah
di hodge III
                Pembukaan serviks : 3 cm
His dengan frekuensi 3 x dalam 10 menit dengan lama 20-40 detik, kekuatan :
kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang adekuat, teratur, dan dalam
waktu yang lama.
n.      Ekstremitas
Ekstremitas atas      : normal kanan kiri, jari-jari tidak ada oedema, kuku dan telapak tangan tidak pucat.
Ekstremitas bawah : normal kana-kiri, jari dan tibia kaki tidak ada odema, tidak terdapat varises, refleks patella (+) kanan kiri.
Tangga















l 
Wak
Tu

























Pembukaan

























DJJ



























Kontraks
uterus

























TD



























Pols





















Temp
RR
Penurunan kepala
23-11-2007
13.00

13.30

14.00

14.30

15.00

15.30

16.00

16.30

17.00
3 cm















7 cm
130 x/mnt

130 x/mnt

135 x/mnt

140 x/mnt

140 x/mnt

135 x/mnt

144 x/mnt

140 x/mnt

130 x/mnt
3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk
4 x dlm 10 mnt, lama > 40 dtk
4 x dlm 10 mnt, lama > 40 dtk
4 x dlm 10 mnt, lama > 40 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama 20-40 dtk
110/70















120/80
80

80

78

80

85

85

80

80

88
370C















36,50C
20 x/mnt

20 x/mnt

20 x/mnt

19 x/mnt

20 x/mnt

18 x/mnt

18 x/mnt

19 x/mnt

18 x/mnt
4/5















3/5

o.      Pemantauan kala I
II.    INTERPRETASI DATA DASAR
a. Diagnosa
Ibu G2P1A0 hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup, intra uterine, presentasi kepala, ibu inpartu kala I fase laten.
Ds        : Ibu mengeluh mulas pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang
             sejak pukul 05.00 WIB disertai pengeluaran pervaginam lendir            
             bercampur darah.
Do        :
a. Leopold I    :  TFU pertengahan pusat-Px, pada fundus teraba                                            bagian agak keras tapi tidak melenting berarti                                          bokong
                    Leopold II   : Punggung kanan
                    Leopold III  :Bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting 
                                       berarti kepala.
                    Leopold IV   : Bagian terendah janin sudah masuk PAP.
b. DJJ (+) frekuensi 130 x/menit, teratur
c. His ada 3 x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik
d. Pada pemeriksaan dalam pembukaan serviks 3 cm, ketuban utuh.
b. Masalah
a.       Nyeri adanya his
Ds : Ibu mengatakan nyeri pada saat his datang menjalar dari perut bagian bawah
       ke pinggang.
Do  : Pada awal persalinan his adekuat dan teratur dalam waktu yang lama
lalu mulai melemah.
b.      Gangguan rasa nyaman
Ds  : Ibu mengatakan kandung kemihnya penuh sehingga ada keinginan untuk
       berkemih
Do   : Teraba blas ibu penuh saat diraba.
c. Kebutuhan
·         Persiapan fisik seperti nutrisi, posisi dan hidrasi
·         Dukungan psikologis dari orang terdekat
·         Informasi tentang kondisi ibu saat ini dan proses persalinan yang akan berlangsung.
·         Persiapan tempat, peralatan, obat-obatan dan penolong persalinan
Ds  : Ibu mengatakan cemas dalam menghadapi persalinan
Do  : Ibu tampak lemah.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi pemanjangan kala II

IV. IDENTIFIKASI MASALAH YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan cairan, obat-obatan dan tindakan yang akan dilakukan.
V.    PERENCANAAN
a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis pada saat     proses persalinan
c. Observasi kala I menggunakan partograf dan kolaborasi bila ada     komplikasi.
d. Siapkan ruangan bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis ibu, serta     persiapkan bidan dengan memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic.
1.      Penyuluhan cara mengejan yang efektif
a.       Jelaskan manfaat mengejan yang efektif
b.      Ajarkan ibu cara mengejan yang efektif
c.       Observasi cara mengejan ibu.
2.      Penyuluhan mengatasi rasa nyeri
a.       Jelaskan pada ibu penyebab rasa nyeri
b.      Ajarkan ibu cara mengatasi nyeri
c.       Observasi keadaan ibu
3.      Pemenuhan nutrisi ibu
a.       Berikan makanan jika ibu lapar
b.      Berikan minum jika ibu haus
c.       Berikan minuman manis sebagai penambah tenaga kepada ibu
d.      Anjurkan ibu istirahat jika lelah
VI. IMPLEMENTASI
a. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini memasuki kala I persalinan dengan his yang melemah
b. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis saat proses persalinan
c. Melakukan observasi kala I dengan partograf, meliputi DJJ, penurunan kepala, pembukaan serviks, frekuensi his dan tanda-tanda vital.
d. Persiapan persalinan :
        1)  Menyiapkan ruangan persalinan
        2)  Menyiapkan alat-alat persalinan : partus set, heating set, air DTT dan
            clorin, pakaian bayi, handuk, handuk,tempat sampah kering dan
             basah.
        3)   Menyiapkan alat resusitasi
        4)   Menyiapkan pakaian bayi
        5)   Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
        6)   Melakukan PD setiap 4 jam 1 x atau indikasi inpartu
        7)   Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan
        8)   Memenuhi kebutuhan fisik ibu : makan, minum, BAK dan BAB
        9)   Memenuhi kebutuhan psikologis ibu dengan memberikan dukungan  
              persalinan
        10) Meyiapkan alat (pelindung diri) untuk bidan : mitela, masker, barascort,
             kacamata, handscoen, sepatu booth
        11) Melakukan penyuluhan mengenai cara mengejan yang efektif dan
             menjelaskan manfaat mengejan yang efektif pada ibu. apabila ibu
             mengejan dengan baik akan membantu mempercepat penurunan kepala
             dan pengeluaran bayi. Mengajarkan cara mengejan yang efektif,
             mengejan dilakukan pada saat datang his dan telah memasuki kala II
             persalinan. Sehingga diafragma berfungsi dengan baik. Posisi mengejan :
             badan ibu dilengkungkan dengan dagu menempel di dada dan mata
             melihat ke arah perut, ibu tidak mengeluarkan suara,  kaki ditarik ke arah
             badan atau perut dengan kedua tangan menarik pangkal paha
             dan bokong tidak diangkat, sehingga posisi lithotomi dapat mempercepat
             penurunan kepala.
        12) Mengobservasi cara mengejan ibu.
1. Melakukan penyuluhan cara mengatasi rasa nyeri yang disebabkan oleh his yang melemah
§  Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri, nyeri disebabkan karena adanya kontraksi uterus yang akan membantu mendorong janin untuk keluar.
§  Mengajarkan cara mengatasi rasa nyeri, anjurkan ibu untuk jalan-jalan dengan bantuan keluarga atau anjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri agar pembukaan serviks lebih cepat.
VII.  EVALUASI
1.      Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2.      Ruangan dan peralatan persalinan sudah dipersiapkan
3.      Ibu bersedia untuk miring ke kiri
4.      Kemajuan persalinan baik
5.      Hasil pengawasan kala I dengan partograf
DJJ : 140 x/menit
TTV :     TD : 110/70 mmHg             Nadi    : 88 x/menit
              RR : 20 x/menit                   Temp   : 370C
6.      Kandung kemih kosong
7.      Frekuensi his : 3 x dalam 10 menit lamanya 20-40 detik

KALA II
Pukul 21.00 WIB
S    :   1.   Ibu mengatakan sakit perut yang berarti, mulai dari perut bagian bawah
                 dan  menjalar ke pinggang.
         2.   Ibu mengatakan sudah mengeluarkan air ketuban
         3.   Ibu mengatakan ingin meneran.

O   :   1.   Ibu dengan inersia uteri setelah diberikan oksitasin drips tampak ada                 perbaikan his. His 5 kali dalam 10 menit lamanya > 40 detik
          2.   Pemeriksaan dalam
                a.   Vulva                    : tidak ada oedema dan varises, bisul, tumor, dan
                                                  fistula
                b. Introitus vagina   : rugea masih teraba
                c. Porsio                 : lunak, tipis dan lembut
                d. Serviks               : pembukaan 10 cm
                c. Ketuban              : sudah pecah (-) pada pukul 20.45 WIB secara
                                                spontan
                d. Presentasi            : UUK puka
                e. Penurunan           : Hoodge IV
          3.   Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
                TTV :       TD   : 120/80 mmHg           RR           : 18 x/menit
                                Pols     : 88 x/menit                 Temp       : 36,50C
          4.   DJJ : Teratur
A   :   1.   Diagnosa
Ibu G2P1A0, hamil 39 minggu, janin tunggal, intra uterine, presentasi kepala, inpartu kala II dengan inersia uteri.
Dasar   :   Ibu mengatakan hamil anak ke-2, HPHT : 20-02-2007
Ibu mengatakan sudah ingin meneran, kontraksi uterus 5 x dalam 10 menit lamanya > 40 detik. Pembukaan serviks lengkap 10 cm, selabut ketuban sudah pecah, perineum menonjol, vulva membuka
          2.   Masalah
                Nyeri adanya his
                Dasar   :   Ibu mengatakan nyeri yang semakin kuat
          3.   Kebutuhan
                a.     Dukungan keluarga dalam proses persalinan
                b.   Penatalaksanaan nyeri his
                c.     Pertolongan persalinan yang bersih, aman dan nyaman

P    :   1.   Jelaskan kondisi ibu saat ini sudah masuk masa persalinan
          2.   Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau tenaga ibu,
               pantau kontraksi setiap 30 menit, pantau penurunan, presentasi kepala
               dan DJJ.
          3.   Anjurkan dan ajarkan pada ibu cara mengejan yang efektif saat his ada
                dan relaksasi pada saat his menghilang.
          4.   Observasi cara mengedan ibu
          5.   Libatkan keluarga dalam proses persalinan dengan memberikan   
               dukungan pada saat ibu mengejan.
         6.   Lakukan pertolongan persalinan, tolong kepala, bahu dan badan
               kemudian bersihkan jalan nafas.
          7.   Periksa janin tunggal atau kembar.
          8.   Observasi perdarahan pervaginam dan adanya laserasi.
          9.   Bayi lahir spontan pervaginam pukul 21.00 WIB
                BB               : 3500 gram                 Jenis kelamin       : Laki-laki
                PB                   : 50 cm                        Anus                : (+)
                Apgar score : 8/9                             Caput                  : tidak ada
KALA III
Pukul 21.30 WIB
S    :   1.   Ibu mengatakan perutnya mulas.
          2.   Ibu mengatakan merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya.

O   :   1.   Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
             TTV :       TD   : 110/70 mmHg           RR           : 18 x/menit
                            Pols   : 90 x/menit                Temp       : 370C
        2.   Massase uterus untuk memastikan adanya bayi kedua, TFU 2jari
             dibawah pusat
        3.   Kotraksi uterus baik : uterus teraba bulat dan keras seperti batu.
        4.   Plasenta belum lahir, tampak tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu
              uterus bundar dan keras. Adanya  perdarahan yang tiba-tiba dan agak
                banyak, dan memanjangnya bagian tali pusat yang telah lahir.
A   :   1.   Diagnosa
                Ibu partus spontan pervaginam, in partu kala III.
                Dasar   :   Bayi lahir pukul 21.00 WIB, uterus teraba bulat dan keras,
                               TFU 2 jari dibawah pusat dan plasenta belum lahir
          2.   Masalah
                Nyeri perut bagian bawah
                Dasar   :   Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, plasenta belum
                               lahir  kontraksi uterus baik dan TFU 2 jari dibawah pusat.
          3.   Kebutuhan
                a.     Manajemen aktif akal III
                b.   Pemenuhan nutrisi dan cairan
P    :   1.   Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu sedang berada pada kala III                                                                 persalinan.
          2.   Memantau tanda-tanda vital.
                TD     : 110/70 mmHg             RR       : 18 x/menit
                Pols     : 90 x/menit                     Temp   : 370C
          3.   Melakukan manajemen aktif kala III
                a.   Memberikan suntikan oksitosin 10 U IM
                    1)   Setelah bayi lahir, bungkus kain dan susukan pada ibunya
                    2)   Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
                    3)   Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik
                    4)   Suntikan oksitosin 10 U IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian
                          luar selambat-lambatnya 2 menit setelah bayi lahir  
                b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
                    1)   Pindahkan klem kedua yang menjepit tali pusat sekitar 5-10 cm
                          dari vulva.
                    2)   Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu di atas tulang
                          Pubis dengan posisi dorso cranial untuk meraba kontraksi
                          uterus, setelah ada kontraksi yang kuat lakukan penegangan tali  
                          pusat secara hati- hati.
                    3)   Setelah plasenta lahir, anjurkan ibu untuk meneran sehingga
                          plasenta terdorong ke introitus vagina, tetapi tegangkan tali
                          pusat ke arah bawah mengikuti arah jalan lahir.
                    4)   Saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta
                          dengan  kedua tangan.
                    5)   Lakukan penarikan secara lembut dan berlahan-lahan.
          4.   Lahirkan plasenta dengan hati-hati.
Plasenta lahir lengkap pukul 21.15 WIB
                a.   Kotiledon dan selabut plasenta utuh/lengkap
                b. Panjang tali pusat    : 20 cm
                c.   Lebar plasenta       : 13 cm
                d. Berat plasenta             : 500 gram
                c. Tebal plasenta          : 2 cm
          5.   Melakukan heating jika terdapat robekan jalan lahir
          6.   Melakukan massase fundus
                a.   Setelah 15 detik lakukan massase fundus secara sirkuler
                b. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
                c. Jelaskan tindakan ini pada ibu, mungkin ibu akan merasa kurang
                    nyaman
                d. Ajarkan ibu untuk melakukannya sendiri, dengan lembut dan
                   mantap  gerakkan tangan secara memutar (sirkuler) pada fundus
                   uteri sehingga  uteri berkontraksi dengan baik.
          7.   Melakukan vulva higine pada ibu
          8.   Observasi perdarahan dan robekan jalan lahir.
KALA IV
Pukul 22.00 WIB
S    :   1.   Ibu mengatakan badannya lemah dan letih.
          2.   Ibu mengatakan perutnya masih mules saat menyusui.
O   :   1.   Keadaan umum
                Keadaan umum : baik         kesadaran : composmentis
          2.   Pemeriksaan    TTV
                TD   : 120/80 mmHg           RR       : 19 x/menit
                Pols   : 88 x/menit               Temp   : 370C
          3.   Pola eliminasi ibu
                BAB    : Belum BAB setelah PP
                BAK       : 1 x, kandung kemih kosong
          4.   Kotraksi uterus baik
          5.   Perdarahan pervaginam + 150 cc
          6.   Pengeluaran lochea rubra
          7.   Pengeluaran ASI lancar
          8.   TFU 3 jari dibawah pusat
          9.   Tidak ada laserasi jalan lahir
A   :   1.   Diagnosa
                Ibu P1A0 partus spontan pervaginam kala IV
                Dasar   :   a. Ibu partus spontan pervaginam pukul 21.00 WIB
                                b. Plasenta lahir lengkap pukul 21.15 WIB
                                c. TFU 3 jari dibawah pusat
          2.   Masalah
                Gangguan rasa nyaman
                Dasar   :   Ibu mengatakan badannya lemah, pegal-pegal dan nyeri                          punggung
          3.   Kebutuhan
                a.     Personal hygiene
                b.   Memberikan rasa nyaman
                c.     Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
P    :   1.   Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini.
          2.   Memantau TTV
                TD     : 120/80 mmHg             RR       : 19 x/menit
                Pols     : 88 x/menit                     Temp   : 370C

          3.   Memantau kontraksi uterus
          4.   Pemeriksaan kandung kemih
          5.   Memantau adanya perdarahan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan
                30 menit dalam 1 jam kedua dan lochea
          6.   Penyuluhan personal hygiene
                Beritahu ibu untuk selalu membersihkan daerah kemaluannya setelah
                BAK dan BAB dengan arah dari depan ke belakang. Ibu harus mandi 2
                x / hari dan ganti pakaian bersih.
          7.   Pemenuhan nutrisi dan cairan
          8.   Pemenuhan istirahat atau tidur
                Tidur siang      : 1-2 jam
                Tidur malam    : 6-7 jam
          9.   Penyuluhan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
          10. Pemenuhan rasa nyaman (mobilisasi dini), dengan menganjurkan ibu
               untuk miring ke kanan/ke kiri dan berjalan-jalan setelah 6 jam PP.
























BAB IV
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

3.2  Saran    
Dari makalah diatas kami berharap agar makalah ini  bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi para pembaca. Semoga setelah membaca makalah ini pembaca dapat lebih banyak mengetahui tentang Infeksi yang menyertai dalam kehamilan khusunya HIV/AIDS